Jakarta, MK Online - Ketua Mahkamah Konstitusi Moh Mahfud MD menjadi Khatib dan Imam pada Salat Idul Fitri di Masjid Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Rabu (31/8)
Dalam khotbahnya, Mahfud menyatakan pejabat yang tidak dapat mensejahterakan rakyat maka pejabat tersebut telah mengkhianati bangsa dan agama. Selanjutnya menyangkut momen Idul fitri sebagai hari penting bagi umat Islam, juga bermakna sekali bagi manusia. “Idul Fitri memiliki makna seorang manusia kembali ke asalnya kembali menjadi makhluk Allah yang bertauhid” ujar Mahfud.
Sebagai makhluk, meski seseorang menyatakan dirinya ateis, tetap saja ingat ada kekuatan yang lebih besar dari dirinya meski orang itu sesat. Berbicara mengenai taqwa, Mahfud menjelaskan taqwa adalah kemampuan manusia untuk berhati-hati dan memperhitungkan setiap langkahnya.
“Dalam diri manusia terdapat dua kekuatan yang selalu bertempur,” lanjut Mahfud MD. Kekuatan dalam diri manusia itu adalah nafsul muthmainnah dan nafsu amarah. Nafsul muthmainnah selalu mengajak manusia berbuat baik, sedangkan nafsu amarah menggoda manusia untuk berbuat jelek. Namun manusia sengaja diciptakan oleh Allah dengan keadaan seperti itu agar dapat diuji.
Pada hari Idul Fitri, lanjut Mahfud, manusia telah kembali ke asalnya, yang selalu ingin berbuat baik, seperti yang pernah diucapkan manusia kepada Allah saat berada di alam marwah. Menurutnya, Idul Fitri atau mudik, merupakan kembali ke asal yang sifatnya sementara, dan kematian merupakan kembali ke asal mula manusia yang abadi.
Sebelum kembali ke asalnya atau mudik, seseorang harus mempersiapkan bekal yang cukup dan hendak menggunakan apa, melalui jalan yang mana, dan apa yang akan dibawa sebagai oleh-oleh ke tempat asalnya. Begitu pula dengan menghadapi kematian, apa yang dipersiapkan manusia selama hidup untuk di bawa ke asalnya.
Ibadah Sosial
Terkait dengan Idul Fitri, Mahfud mengatakan tauhid tidak hanya sekedar percaya, namun harus diikuti dengan amal. Ibadah tidak hanya sekedar ritual belaka seperti sholat, puasa dan lainnya, namun harus diikuti dengan ibadah sosial yang benar untuk melengkapi ibadah ritual. Ibadah sosial memiliki banyak perwujudan, dan bisa dilakukan melalui profesi yang kita jalankan. Seperti seorang pejabat, maka dia harus mampu menggunakan jabatannya untuk membuat sistem dan aturan yang dapat mensejahterakan rakyat. Menurut Mahfud, zakat merupakan jalan untuk pengentasan kemiskinan yang sifatnya sementara, dan akan lebih baik jika membuat aturan dan sistem yang dapat mengentaskan kemiskinan dalam jangka panjang.
Usai acara tersebut, Mahfud langsung menuju Jakarta untuk bersilaturahmi dengan Presiden SBY di Istana Negara, serta bersilaturahmi dengan keluarga Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan. (Ilham/mh)